laporan praktikum biokim protein
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “ yang paling utama “
) adalah senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer – monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptide. Molekul protein mengandung karbon , hydrogen, oksigen ,
nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor.
Secara kimiawi, protein merupakan polimer, dengan asam
amino sebagai monomernya dan dihubungkan dengan ikatan peptida. Ikatan peptida
adalah ikatan antara gugus karboksil satu asam amino dengan gugus amino dari
asam amino di sampingnya (Lehninger, 1995). Asam amino adalah senyawa yang
memiliki satu atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus
amino (-NH2) yang salah satunya terletak pada atom C tepat )
(Sudarmadji dkk, 1989).
Proetin banyak terkandung di
dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu,
ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber
nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada
umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan
suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui
tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Fungsi utama protein di dalam
tubuh manusia adalah sebagai pembangun atau pembentuk struktur sel (misal,
pembentukan membran sel, rambut,hati dll), ada juga protein yang mempunyai
fungsi khusus yaitu protein yang aktif,salah satunya adalah enzim yang
berpungsi sebagai biokatalisator,hemoglobin,hormon,dan antibody untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Kekurangan protein akan mengganggu
berbagai proses metabolisme serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap
penyakit.
Protein dalam bahan biologis biasanya terdapat dalam
bentuk ikatan fisis yang renggang ataupun ikatan kimiawi yang lebih erat dengan
lemak atau karbohidrat. Ikatan-ikatan ini mempengaruhi penentuan sifat-sifat
fisis bahan, misalnya dalam sistem emulsi makanan. Pemanasan yang perlu
dilakukan untuk mempersiapkan bahan sesuai dengan selera konsumen akan
berpengaruh terhadap protein yang terkandung di dalamnya, serta pemanasan yang
berlebihan akan merusak nilai protein dipandang dari sudut nilai gizi. Hal ini
menyebabkan pentingnya menganalisa protein yang terkandung dalam bahan makanan
sehubungan dengan proses-proses yang akan dikenakan pada suatu bahan makanan
tertentu
Protein bersifat amfoter, yaitu
dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Dengan asam protein bermuatan
positif sedangkan dengan basa protein bermuatan negative. Daya larut protein
berbeda di dalam air, asam, dan basa,ada yang mudah larut dan ada yang sukar
larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan
kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka
protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik
mantel air yang melingkupi molekul-molkeul protein. Kelarutan protein di dalam
suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,
pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya.
Protein merupakan suatu
makromolekul yang dapat dihidrolisis oloeh asam,basa,enzim yang kemudian
menghasilkan asam amino. Protein dalam air akan membentuk disperse koloidal dan
tidak dapat berdifusi melalui membran semipermiabel. Semua protein tidak dapat
larut dalam pelarut organic(eter,kloroform). Protein mudah mengalami denaturasi
(perubahan struktur molekul protein) karena pengaruh panas ,Ph, tekanan,aliran
listrik,dan bahan kimia lain,yang dapat berlangsung secara revesible atau
irrevesible dan mudah mengendap.
Struktur
protein
Struktur tersier protein. Protein ini memiliki banyak
struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang sangat pendek.
Model dibuat dengan menggunakan koordinat dari Bank Data Protein (nomor 1EDH).
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer
(tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat
empat). Struktur primer protein merupakan urutan asam
amino penyusun
protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder
protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino
pada protein yang distabilkan oleh ikatan
hidrogen
. Di sistem pencernaan protein akan
diuraikan menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana
terdiri dari asam amino. Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9 asam
amino. Artinya
kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh esensiil,
sedangkan sebagian asam amino dapat disintesa sendiri atau tidak esensiil
oleh tubuh. Keseluruhan berjumlah 21 asam amino. Setelah penyerapan di usus
maka akan diberikan ke darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel tubuh.
Kode untuk asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut dengan DNAtranskripsi. Kemudian mRNA hasil transkripsi di
proses lebih lanjut di ribosom atau retikulum endoplasma, disebut sebagai translasi.
B. TUJUAN
1. Mengidentifikasi adanya unsur – unsur penyusun protein
2. Mengetahui adanya kelarutan protein terhadap pelarut
tertentu
BAB II
METODE
- Alat dan Bahan
Ø Alat :
a. Tabung reaksi
b. Cawan porselen
c. Gelas obyek
d. Alat pemanas
e. Pipet ukur
Ø Bahan:
a. Albumin telur (telur ayam ras,telur ayam kampong,telur
puyuh,telur itik/bebek) , gelatin , aquades
b. Larutan NaOH 10% , Pb asetat 5% , HCL (p)
c. Larutan NaOH 40% , Alkohol 96% , HCL (10%) , kloroform
B. Prosedur
B1. Uji Susunan Elementer Protein
1. Uji adanya unsure C, H, dan O
a. Masukkan 1 ml albumin kedalam tabung reaksi.
b. Taruhlah kaca objek diatasnya, kemudian panaskan.
c. Perhatikan adanya pengembunan pada gelas objek yang
menunjukkan adanya hydrogen (H) dan oksigen (O).
d. Ambil tabung reaksi tadi, lalu amati bau yang terjadi. Bila tercium rambut
terbakar, berarti protein mengandung unsure Nitrogen (N).
e. Bila terjadi pengarangan , berarti ada atom Karbon
(C).
f. Ulangi percobaan menggunakan sabuk gelatin.
2. Uji adanya atom N
a. Masukkan 1 ml albumin kedalam tabung reaksi.
b. Tambahkan 1 ml NaOH 10% , kemudian panaskan.
c. Perhatikan bau ammonia yang terjadi dan ujilah uapnya
dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi aquades.
d. Terbentuknya bau ammonia menunjukkan adanya N.
e. Ulagni percobaan menggunakan serbuk gelatin.
3. Uji adanya atom S
a. Masukkan 1 ml albumin kedalam tabung reaksi.
b. Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan.
c. Tambahkan 4 tetes larutan Pb-asetat 5%.
d. Bila larutan menghitam , berarti PbS yang terbentuk. Kemudian tambahkan 4 tetes
HCL pekat dengan hati – hati.
e. Perhatikan bau khas belerang dari belerang yang
teroksidasi.
f. Ulangi percobaan menggunakan sabuk gelatin.
B2. Uji kelarutan protein
a. Sediakan 5 tabung reaksi . masing – masing isi dengan
air suling, NaOH 40%, Alkohol 96%, HCL (10%), kloroform sebanyak 1 ml.
b. Tambahkan 2 ml larutan albumin telur pada masing – masing tabung.
c. Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat
kelarutannya.
d. Ulangi percobaan dengan menggunakan gelatin.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
1. HASIL UJI SUSUNAN ELEMENTER
PROTEIN
a. Hasil percobaan uji adanya unsure C,H, dan O
No
|
Zat uji
|
Hasil pengamatan
|
||
Analisa C
|
Analisa N
|
Analisa H dan O
|
||
1
|
1 m Albumin telur ayam kampung
|
-
|
+
|
+
|
2
|
1 ml Albumin telur ayam ras
|
-
|
+
|
+
|
3
|
1 ml Album telur iitik
|
-
|
+
|
+
|
4
|
1 ml Albumin telur puyuh
|
-
|
-
|
+
|
b.Hasil uji adanya unsure atom N
Zat uji
|
Hasil pengamatan(-/+)
Bau amoniak (N)
|
1 ml Albumin telur ayam kampung + 1 ml NaOH 10%(Dipanaskan)
|
+
|
1 ml Albumin telur ayam ras +1 ml NaOH 10 %
(Dipanaskan)
|
+
|
1 ml Albumin telur itik+ 1 ml NaOH 10 % Dipanaskan)
|
-
|
1 ml Albumin telur puyuh + 1 ml
NaOH 10 % (Dipanaskan)
|
+
|
c.Uji adanya atom S
Perlakuan
|
Hasil pengamatan (-/+)
|
|
Pb s
|
Belerang (S)
|
|
1 ml Albumin telur ayam kampung + 1 ml NaOH 10% +
dipanaskan + 4 tetes Pb Ac + 4 tetes Hcl pekat
|
+
|
+
|
1 ml Albumin telur ayam ras + 1 ml NaOH 10% +
dipanaskan + 4 tetes Pb Ac + 4 tetes Hcl pekat
|
+
|
+
|
1 ml Albumin telur itik+ 1 ml NaOH 10% + dipanaskan
+ 4 tetes Pb Ac + 4 tetes Hcl pekat
|
+
|
+
|
1 ml Albumin telur puyuh + 1 ml NaOH 10% +
dipanaskan + 4 tetes Pb Ac + 4 tetes Hcl pekat
|
+
|
+
|
2. HASIL UJI KELARUTAN PROTEIN
a.Telur ayam kampung
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin telur
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
Air suling
|
1ml
|
-
|
-
|
-
|
-
|
HCL 10 %
|
-
|
1ml
|
-
|
-
|
-
|
NaOH 40 %
|
-
|
-
|
1ml
|
-
|
-
|
Alcohol 96 %
|
-
|
-
|
-
|
1ml
|
-
|
Kloroform
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1ml
|
Kocok tabung dengan kuat
|
|||||
Hasil:
Larut/Tidak larut
|
Larut (homogen)
|
Tidak larut (heterogen)
|
Larut (homogen)
|
Larut (homogen)
|
Tidak larut (heterogen)
|
b.Telur ayam ras
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin telur
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
Air suling
|
1ml
|
-
|
-
|
-
|
-
|
HCL 10 %
|
-
|
1ml
|
-
|
-
|
-
|
NaOH 40 %
|
-
|
-
|
1ml
|
-
|
-
|
Alcohol 96 %
|
-
|
-
|
-
|
1ml
|
-
|
Kloroform
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1ml
|
Hasil:
Larut/Tidak larut
|
Larut (homogen)
|
tidak larut (heterogen)
|
Tidak larut (heterogen)
|
Larut (heterogen)
|
Tidak larut (homogen)
|
c.Telur itik
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin telur
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
Air suling
|
1ml
|
-
|
-
|
-
|
-
|
HCL 10 %
|
-
|
1ml
|
-
|
-
|
-
|
NaOH 40 %
|
-
|
-
|
1ml
|
-
|
-
|
Alcohol 96 %
|
-
|
-
|
-
|
1ml
|
-
|
Kloroform
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1ml
|
Hasil:
Larut/Tidak larut
|
Larut (homogen )
|
Larut (homogen)
|
Tidak Larut
(heterogen)
|
Larut (homogen)
|
Larut (homogen)
|
d.Telur puyuh
Bahan
|
Tabung 1
|
Tabung 2
|
Tabung 3
|
Tabung 4
|
Tabung 5
|
Albumin telur
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
2 ml
|
Air suling
|
1ml
|
-
|
-
|
-
|
-
|
HCL 10 %
|
-
|
1ml
|
-
|
-
|
-
|
NaOH 40 %
|
-
|
-
|
1ml
|
-
|
-
|
Alcohol 96 %
|
-
|
-
|
-
|
1ml
|
-
|
Kloroform
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1ml
|
Hasil:Larut/Tidak larut
|
Larut(homogen)
|
Larut (Homogen)
|
Tidak larut (heterogen)
|
Tidak larut (heteroggen)
|
Tidak larut (heterogen)
|
B.PEMBAHASAN
B1. UJI SUSUNAN ELEMENTER PROTEIN
Ø Uji adanya unsure C,H, dan O
Semua jenis protein
tersusun atas unsure – unsure karbon(C), hydrogen(H), oksigen(O), dan
nitrogen(N) dan ada pula protein yang mengandung unsure belerang(S) dan
posfor(P). Dengan metode pembakaran ataupun pengembunan kita dapat mengetahui
unsure – unsure protein, yaitu, C,H,O,dan N.
Pada uji pratikum kali ini yang dilakukan dengan
menggunakan albumin dari berbagai jenis telur, antara lain telur ayam
kampung,ayam ras,telur itik,dan telur puyuh, menunjukkan reaksi negative pada
uji pegarangan,karena apabila terjadi pengarangan akan terbentuk lingkaran
hitam pada dinding tabung reaksi dan menandakanadanya unsure karbon (C) dan
apabila tercium bau rambut terbakar itu menandakan adanya unsure N(nitrogen).
Namun pada saat pengujian hasil menunjukkan reaksi negative pada pengarangan
untuk semua jenis zat uji albumin telur, hal ini mungkin dikarenakan karena
kurangnya ketelitian dari praktikan. Sedangkan hasil negative hanya pada
albumin telur puyuh untuk uji unsure nitrogen. Sedangkan pada uji pengembunan
menunjukkan hasil positif,maka menunjukkan adanya unsure hydrogen (H), dan
oksigen (O) pada uji zat tersebut. Karena unsure hydrogen dan oksigen dapat
mengalami penguapan jika dipanaskan dan ditutup dengan gelas objek,maka proses
penguapan akan tertaha dan akhirnya terjadi pengembunan pada gelas objek.
Dari data hasil pengamatan diatas dapat diketahui
bahwa semua zat uji baik albumin telur ayam kampung,ayam ras.itik maupun telur
puyuh menunjukkan hasil yang negative pada proses pengarangan, sementara pada
uji pemgembunan masing – masing albumin menunjukkan reaksi positif, artinya
pada zat uji ada yang mengandung unsure H(hydrogen),N(nitrogen) dan O(oksigen),
tapi ada juga yang tidak mengandung unsure C(karbon).
Ø Uji adanya atom N
Pada percobaan albumin ayam ras,ayam kampung,itik,dan
telur puyuh yang ditambahkan dengan 1 ml NaOH, kemudian dipanaskan albumin
telur ayam ras,itik, dan puyuh menunjukkan reaksi positif yaitu terdapat bau
amoniak sedangkan pada albumin
ayam kampung menunjukkan reaksi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat
selesai memanaskan, bau amoniak yang
terdapat pada tabung reaksi ayam ras tercampur dengan bau udara di ruangan
karena terlalu lama dibiarkan menguap.
Selain bau rambut terbakar ,adanya amoniak juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya unsure nitrogen dalam protein. Pada
pengamatan ini diperoleh hasil bahwa tidak semua albumin dari masing-masing
telur mengandung unsure nitrogen(N).
Ø Uji adanya atom S
Pada uji kali ini, semua albumin telur menunjukkan
reaksi positif dengan diperolehnya warna hitam pada pencampuran 1 ml NaOH 10%
dipanaskan kemudian ditambahkan 4 tetes
PbAc dan 4 tetes HCL pekat dan terbentuk
PbS serta adanya bau belerang.
B2. UJI KELARUTAN PROTEIN
Protein bersifat amfoter
yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun larutan basa. Daya larut
protein berbeda didalam air,asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan
dalam air tapiada pula yang sukar larut dalam air. Sebagian besar protein bila
dilarutkan dalam air akan membentuk disperse koloidal dan tidak dapat berdifusi
bila dilewatkan melaui membrane semipermiabel. Albumin termasuk protein
globular yang berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida yang
berlipat. Albumin lalrut dalam air dan mengalami koagulasi bila dipanaskan.
Berdasarkan percobaan uji
kelarutan protein dari literatur dalam
albumin telur ayam kampung, ayam ras, telur itik,telur puyuh setelah
ditambahkan air, HCL, dan alcohol larut.
Hal ini dikarenakan albumin didalam masing-masing telur mengandung
protein yang bersifat
amfoter yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Sementara albumin
telur ayam kampung, ayam ras, telur itik dan telur puyuh setelah ditambahkan
NaOH dan kloroform tidak larut. Hal ini dikarenakan protein di dalam albumin
telur tidak larut dalam pelarut lemak yaitu NaOH dan kloroform. Pada percobaan
uji kelarutan protein yang kami lakukan dalam albumin telur ayam kampung setelah ditambahkan HCL tidak larut dan NaOH
larut, pada albumin ayam ras setelah ditambahkan HCL tidak larut, NaOH larut,
dan alkohol tidak larut , pada albumin telur itik setelah ditambahkan kloroform
larut, pada albumin telur puyuh setelah ditambahkan alkohol tidak larut .Hal
ini dikarenakan dalam melakukan praktikum masing-masing praktikan mengalami
kekurangan dalam kecermatan dan ketelitian seperti kekurangan atau kelebihan dalam meneteskan larutan dan pereaksinya
dalam tabung reaksi.
Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol
absolute maka protein akan menggumpal atau terkoagulasi. Hal ini disebakan
etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul – molekul protein.
BAB IV
KESIMPULAN
v Albumin merupakan protein cadangan yang terdapat dalam
telur (putih telur), Albumin larut dalam air dan mengalami koagulasi bila
dipanaskan.
v Secara umum , semua jenis protein tersusun atas unsure
– unsure karbon (C),hydrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N).
v Proses pengembunan menunjukkan adanya unsure C dan H
dalam protein. Jika terjadi pengarangan ,berarti ada atom karbon (C) ,dan bila
tercium rambut terbakar ,berarti zat tersebut nengandung unsure mitrogen (N).
v Adanya bau amoniak juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya unsure Nitrogen dalam protein.
v Protein ada yang mudah larut dalam air dan ada pula
yang sukar larut. Protein bila dilarutkan dalam air akan membentuk disperse
koloidal. Protein tidak larut dalam pelarut organic seperti kloroform dan
eter.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar