TRANSFUSI DARAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Golongan darah ABO merupakan sisitem golongan darah manusia yang paling banyak ditemukan dan sampai saat ini merupakan golongan darah yang penting dalam transfusi darah, karena terdapat pada regular antibody, yaitu Anti-A dan Anti-B yang reaktif pada suhu 370C. Regular antibodi ini mengaktifasi komplemen dan menyebabkan kehancuran sel darah merah intravaskuler. Pemeriksaan golongan darah ABO merupakan salah satu langkah sebelum melakukan proses transfusi darah. Oleh karena itu perlu diketahui teknik dalam melakukan pemeriksaan golongan darah ABO, agar mendapatkan hasil yang akurat sesuai dengan golongna darah donor dan pasien.
Sejak penemuan Landsteiner (1901) sampai sekarang, telah diketemukan lebih dari 400 antigen golonqan darah dalam eritrosit. Tapi untuk kegunaan praktek, klinis yang terpenting hanya sistem golongan darah ABO dan Rh. Pada sistem golongan darah ABO hanya ada 4 golongan darah yaitu. A, B, AB dan 0. Golongan tersebut. ber¬dasarkan atas ada atau tidak adanya antigen A dan antigen B.
Dalam pelayanan kesehatan modern, transfusi darah merupakan salah satu hal yang penting dalam menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain. Dalam perkembangannya transfusi darah harus dilaksanakan sesuai dengna prosedur ketat oleh tenaga profesional menggunakan darah yang aman dan berkualitas. Sebelum melakukan transfusi darah perlu diketahui syarat-syarat dalam melakukan transfusi, agar proses transfusi dapat berlangsung seperti yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Teknik dalam pemeriksaan golongnan darah ABO
2. Syarat-syarat melakukan transfusi darah
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik dalam pemeriksaan golongan darah ABO
2. Untuk mengetahui syarat-syarat dalam melakukan transfusi darah.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem golongan darah ABO merupakan salah satu lokus genetik manusia yang pertama kali diketahui menunjukan keanekaragaman. Dengan teknik immunologis, sistem yang pertama kali ditemukan oleh Karl Landsteiner (1868-1943) pada tahun 1900. pada awal abad ini ternyata memegang peranan penting dalam kajian keanekaragaman pada manusia sebagai pertanda genetik, selain itu juga golongan darah sangat penting secara medis, khususnya dalam transfusi darah.
Penetapan golongan darah ABO ditentukan oleh :
- Ada tidaknya antigen A atau B pada sel darah merah
- Serum/plasma seorang individu mengandung regular antibody anti-A atau anti-B
- Dalam serum seseorang tidak terdapat antibody terhadap antigen yang terdapat pada sel darah merahnya.
Golongan darah ABO diidentifikasi dengan melihat reaksi aglutinasi yaitu penggumpalan sel darah merah sebagai akibat adanya reaksi antara antibody dalam serum/plasma dengan antigen pada sel darah merah. Golongan darah sangat penting untuk diketahui sehubungan dengan transfusi darah. Dengan memasukkan darah seseorang ke dalam tubuh orang lain melalui pembuluh darah vena.
Di dalam serum manusia terdapat suatu sel yang disebut aglutinin atau zat penggumpal yang terdiri dari 2 yaitu α dan β, sedangkan dalam eritrositnya terdapat sel lain yang disebut aglutinogen A dan B. Berdasarkan faktor tersebut di atas maka Landsteiner membagi darah menjadi 4 golongan :
1. Golongan darah A yang mempunyai aglutinogen A dalam eritrositnya dan mengandung aglinin β dalam serumnya.
2. Golongan darah B yang mempunyai aglutinogen B dalam eritrositnya dan mengandung aglutinin α dalam serumnya.
3. Golongan darah AB yang mempunyai aglunogen A dan B dalam eritrositnya dan tidak mengandung aglutinin α dan β dalam serumnya.
4. Golongan darah O, darah yang tidak mempunyai aglutinogen dalam eritrositnya dan mengandung aglutinin α dan β dalam serumnya.
A. Teknik Pemeriksaan Golongan Darah ABO
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam teknik pemeriksaan golongan darah ABO yaitu sebagai berikut :
1. Metode Slide Test
Prinsip : Antigen + Antibodi = Aglutinasi
Alat dan Bahan
a. Alat
• Objek glass
• Blood lancet
• Capilary tube
• Batang pengaduk
• Kapas
b. Bahan
• Test sera anti-A
• Test sera anti-B
• Test sera anti-AB
• Test sera anti-D
• Alkohol 70 %
Prosedur Kerja :
1. Siapkan reagen di suhu kamar
2. Desinfeksi jari manis dengan menggunakan kapas alkohol 70%
3. Tusuk jari manis dalam posisi vertikal dengan menggunakan blood lancet
4. Usap jari, dengan menggunakan kapas kering
5. Ambil darah dengan menggunakan capilari tube
6. Teteskan 1 tetes darah donor pada permukaan slide di empat tempat
7. Teteskan Anti-A, Anti-B, Anti AB dan Anti-D masing-masing 1 tetes diatas tetesan darah.
8. Aduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah donor dengan test sera.
Pembacaan Hasil :
• Aglutinasi : Ada antigen pada sel darah merah
• TIdak aglutinasi : Tidak ada antigen pada sel darah merah
Interpretasi Hasil
No Anti-A Anti-B Anti-AB Golongan Darah Anti-D
1 + - + A +
2 - + + B _
3 - - - O
4 + + + AB
2. Metode Tabung Reaksi
Prinsip : Reaksi antigen-antibodi, suspense eritrosit direaksikan dengan macam-macam antibody yang telah diketahui, golongan darah sesuai dengan antigen yang terkandung dalam eritrosit (dimana terjadi aglutinasi). Bila antigen ada dalam eritrosit seseorang maka serumnya tidak mengandung antibodi.
Alat dan Bahan:
a. Alat
• Tabung reaksi ukuran 75 x 88 mm
• Sentrifus
b. Bahan
• Suspensi eritrosit 2 %
• Serum Anti-A
• Serum anti-B
• Serum anti-AB
• Serum anti-D
Prosedur Kerja:
Dibuat suspensi eritrosit 2% dengan cara sebagai berikut:
1. Ke dalam 5 buah tabung reaksi, masing-masing diberi label dan diisi sesuai dengan labelnya yaitu 1 tetes serum anti-A, serum anti-B, serum anti-AB, serum anti-D dan serum yang akan diperiksa sebagai kontrol.
2. Kedalam masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes suspensi eritrosit yang akan diperiksa 2%. Campur dan sentifus masing-masing tabung pada 1000 rpm selama 1 menit, kemudian amati aglutinasi yang terjadi.
Interpretasi Hasil
Aglutinasi terjadi pada Penilaian
Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D Golongan Darah Rh
+ - + + A Positif
- + + - B Negatif
+ + + - AB Negatif
- - - - O Negatif
B. Syarat-Syarat Melakukan Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah berkaitan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah. Transfusi darah bertujuan untuk menggantikan dan menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi. Tindakan ini hanya merupakan pengobatan yang simptomatik karena darah atau komponen darah yang ditransfusikan hanya dapat mengisi kebutuhan tubuh tersebut untuk jangka waktu tertentu tergantung pada umur fisiologi komponen yang ditransfusikan, walaupun umur eritrosit adalah 120 hari namun bila ditransfusikan pada orang lain maka kemampuan transfusi tadi mempertahankan jumlah hemoglobin dalam tubuh resipien hanya rata-rata 1 bulan.
Tindakan transfusi darah atau komponen darah merupakan tindakan yang beresiko yang dapat berakibat fatal. Oleh karena itu sebelum melakukan proses perlu diketahui syarat-syarat dalam transfusi darah.
Adapun syarat-syarat dalam transfusi darah yaitu:
1. Donor dan resipien memiliki golongan darah yang sama yang telah diketahui pada pemeriksaan golongan darah ABO
2. Dilakukan oleh dokter atau perawat yang sudah terlatih.
3. Dilakukan dengan sistematis dan tidak tergesa-gesa sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
4. Donor memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Seleksi donor darah untuk menjaga keselamatan donor meliputi:
• Umur:
17-60 tahun : bagi donor pertama kali
> 60 tahun : bagi donor darah teratur yang sehat menurut dokter
< 17 tahun : harus ada surat tertulis tidak keberatan dari orang tua
• Berat badan : minimal 45 kg (250 ml)
≥55 kg (450 ml)
• Kadar hemoglobin untuk wanita minimal 12 gram dan untuk pria minimal 12,5 gram
• Tekanan darah
Sisitol : 100-180 mm Hg
Diastol : 50- 100 mm Hg
• Nadi : 50- 100/menit, teratur, tanpa denyut patologis
• Temperatur tubuh :36,6 - 37,50 OC
• Riwayat medis
Donor tidak menderita penyakit :
- Tekanan darah tinggi/ rendah
- Kurang darah/anemia
- Penyakit kulit kronis
- Gangguan pendarahan
- Kencing manis (diabetes)
- Penyakit hati, ginjal, jantung, paru-paru
- Ayan, kenjang
- Kanker
• Donor tidak sedang menstruasi, hamil atau menyusui (bagi donor wanita)
• Pemeriksaan fisik sederhana dalam batas normal
• Interval donasi minimal 8 minggu dengan jumlah penyumbangan maksimal 5 x per tahun.
b. Seleksi donor darah untuk menjaga keselamatan pasien
Kriteria donor :
• Donor resiko rendah
• Tidak berperilaku berisiko/risiko tinggi
• Tidak pecandu alkohol dan narkotik
• Tidak menderita penyakit
- Kulit sekitar tempat tusukan lengan
- Infeksi yang ditularkan melalui darah
- Diare
• Tidak mendapatkan transfusi 6 bulan terakhir
• Tidak makan aspirin 3 hari terakhir (untuk donor trombosit)
• Tidak mendapat imunisasi virus yang dilemahkan dalam waktu 2 minnggu
• Kuesioner standar riwayat medis donor
5. Riwayat medis donor
a. Kuesioner standar riwayat medis donor
- Harus ada di tiap UTD
- Harus selalu diisi oleh calon donor dengan bantuan petugas atau oleh petugas
- Diisi ditempat yang dapat menjamin kerahasiaan donor
- Sebaiknya ditandatangani donor
- Merupakan langkah vital untuk menjamin bahwa donasi darah tidak merugikan donor ataupun pasien.
b. Kuesioner standar riwayat medis donor berguna untuk:
- Menjamin bahwa informasi riwayat medis terekam secara permanen
- Menilai perkembangan status kesehatan donor (contoh penurunan berat badan bermakna)
- Mengetahui penundaan atau penolakan sebelumnya
- Memudahkan penentuan apakan donor tersebut dapat diterima, ditunda sementara atau ditolak seterusnya
- Melindungi UTD apabila kemudian donor merasakan akibat yag tidak enak setelah penyumbangan darah.
Tehnik Melakukan Transfusi
Pengambilan darah donor :
Alat dan Bahan
• Alat
1. Tempat tidur
2. Tensimeter
3. Timbangan Darah
4. Arteri klaim
5. Hand sealer
6. Gunting
7. Spidol
8. Rak tabung
9. Tempat kapas
• Bahan
1. Kantong Darah
2. Alkohol 70%
3. Tabung sampel darah dan penutup
4. Isolasi/plester
5. Kassa steril
6. Tensoplast
7. Cologne
Prosedur Kerja
1. Persilahkan donor tidur di tempat tidur yang sudah disediakan dengan posisi terlentang
2. Tempatkan tangan donor lurus di samping, di atas tempat tidur dengan posisi menghadap ke atas
3. Pasang tensimeter dengan posisi slang/pipa tensimeter di atas
4. Identifikasi kantong darah dan tabung sampel darah sesuai dengan formuir darah yaitu:
- Nomor kantong darah
- Golongan darah
- Tanggal pengambilan
- Tanggal kadaluarsa
- Nama pengambil darah
5. Naikkan tensimeter sampai batas antara sistol dengan diastole, raba dan tentukkan letak vena dimana akan dilakukan penusukan, turunkan tensimeter.
6. Ambil kapas alkohol 70% menggunakan pean, kemudian pakai untuk disinfeksi lokasi yang akan ditusuk dari satu titik di tengah, dengan gerakan melingkar dari arah dalam keluar 3-4 kali. Gunakan kapas baru untuk penulangan. Hindarkan arah berlawanan karena dapat membawa kotoran kelokasi penusukan vena.
7. Buatlah simpul longgar pada slang kantong darah
8. Tempatkan kantong darah diatas timbangan darah.
9. Naikkan tensimeter kembali sampai batas sistol dan diastol
10. Lakukan penusukan vena dengan cara
- Buka tutup jarum, posisi lubang jarum di sebelah atas.
- Tekan penusukan pelan lengan donor di bawah lokasi penusukan dengan tangan kiri
- Tusukan jarum 1 atau 2 inci dari vena, dorong sampai berada di tengah vena, jangan sampai menembus sisi vena yang lain.
- Aturlah posisi jarum searah vena setelah darah keluar.
- Turunkan tensimeter antara 40 mmHg-50 mmHg.
11. Lakukan fiksasi slang di lengan donor dengan menggunakan plester di 2 tempat agar kedudukan jarum tidak berubah. Bila menggunakan alat penggoyang darah, teruskan ke langkah 13, bila tidak lanjutkan ke langkah 12.
12. Kocoklah darah secara perlahan-lahan dan sesering mungkin agar darah tercampur sempurna dengan antikoagulan.
13. Apabila volume darah sudah tercapai sesuai dengan jenis kantong darah yang dipakai. jepitlah slang dengan klem A kira-kira 5 cm dari arah jarum.
14. Serut slang kantong darah dari klem A kearah kantong darah dengan menggunakan hand sealer sepanjang 5 cm. Kemudian jepit slang kantong darah dengan klem B 2 cm dari klem A.
15. Potong slang kantong darah diantara klem A dengan klem B, kemudian kencangkan simpul pada slang.
16. Tempatkan tabung/botol sampel diujung potongan slang, buka klem A dan isilah tabung/botol sampel tersebut dengan arah vena donor langsung dari slang yang masih ada ditangan donor.
17. Tutup klem A
18. Turunkan tensimeter sampai batas nol
19. Ambil kapas alkohol 70% letakkan di atas tusukan vena dengan sedikit ditekan, kemudian cabutlah jarum dari tubuh donor secara perlahan.
20. Minta donor menekan bekas tusukan pada vena dengan kapas alcohol 70% tadi dan mengangkat tangan ke atas.
21. Masukkan kedalam tabung/botol sampel, darah yang masih tersisa di dalam slang darah. Tutup jarum kembali, buang slang ke dalam tempat sampah.
22. Serut slang kantong darah dengan hand sealer hingga darah masuk kedalam kantong darah, kocok perlahan agar tercampur sempurna/lepaskan hand sealer hingga slang darah dapat terisi kembali dengan darah yang telah tercampur antikoagulan. Ulangi 2-3 kali. Rapikan slang.
23. Cocokan nomor sampel darah dengan nomor kantong. Simpan darah dalam Blood bank pada suhu 2-4 0C.
24. Periksa luka tusukan pada vena donor, bila tidak ada perdarahan, tutup dengan tensoplast, amati dalam 1 menit
25. Persilahkan donor ke ruang istirahat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Pemeriksaan golongan darah ABO merupakan salah satu langkah sebelum melakukan transfusi darah yang dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu slide test dan tabung reaksi.
2. Dalam melakukan transfusi darah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi meliputi : donor dan resipien memiliki golongan darah yang sama, transfusi dilakukan oleh dokter atau perawat yang terlatih dan donor memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
B. Saran
Adapun saran yang ingin diajukan pada penulisan makalah ini adalah agar pemeriksaan golongan darah dan trasnfusi darah dilakukan oleh dokter atau perawat yang terlatih sesuai dengan prosedur yang ditetapkan sehingga memininalisir kesalahan yang dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Materi pelatihan Dokter UTD PMI. UTDP PMI : Jakarta.
http:// www. kompas.com.
http://www.medicastore.com.
Ostlere, G., dkk. 1987. Anestesiologi. EGC : Jakarta.
Supandiman, I. 1997. Hematologi Klinik. PT Alumni : Bandung.
19 April 2013
14 April 2013
parasitologi II
PARASITOLOGI
II
v Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari mahluk hidup yang hidup sementara atau
secara permanent dalam tubuh mahluk hidup lain yang tidak se-spesies.
v Parasitologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang aktivitas parasit dan pengaruhnya.
v Parasit adalah
sebagai hewan atau tumbuhan yang hidup di atas atau di dalam tubuh mahluk hidup
lain dan hidupnya tergantung pada mahluk hidup tersebut, serta memperoleh
keuntungan darinya.
v Parasit yang berupa tumbuhan banyak
dibahas di Parasitologi tumbuhan sedangkan parasitologi hewan banyak dibahas di
Parasitologi Hewan dan parasitologi kedokteran termasuk parasitologi hewan.
v Parasitologi kedokteran dipelajari tentang
parasit hewan yang hidup dalam tubuh manusia dan biasanya menimbulkan gangguan
kesehatan.
v Parasitologi mencakup dunia : Protozoa,
Helminth, dan Arthropoda
v Parasitisme adalah
suatu type kehidupan simbiosis dimana terjadi hubungan yang intim antara 2
heterospesies.
v Jadi dasar hubungan intim pada parasitisme
tidak hanya mengenai makanan tapi juga metabolisme dan pertukaran zat lain
antara parasit dan host.
v Komensalisme adalah
suatu tipe kehidupan dimana parasit memperoleh keuntungan dalam hidup bersama
host dan host tidak mengalami gangguan dengan adanya parasit tersebut.
(Protozoa perut yang komensal dalam tubuh manusia yaitu : Entamuba Coli).
v Parasit yang dalam hidupnya sepenuhnya
tergantung pada host disebut Parasit OLIGAT. Parasit ini dapat hidup diluar
host untuk sementara. Dan dia dapat hidup kembali dalam tubuh host untuk
melanjutkan siklus hidupnya misalnya : Cacing tambang, Ascaris lumbricoides dan
Entamuba Histolica.
v Parasit fakultatif
adalah parasit yang mampu bertahan hidup tanpa bergantung pada mahluk hidup
lain (Strongyloides stercoralis), sejenis cacing tambang.
v Kedua parasit ini dapat hidup dalam tubuh
host yang disebut Endoparasit yaitu cacing tambang atau Ektoparasit, yaitu :
PEDICULUS HUMANUS (diatas tubuh host).
v Defenisi host adalah
mahluk hidup dimana parasit dapat bermetamorfosa, mencapai kematangan dan
melakukan reproduksi seksual.
v Contoh : Ascaris lumbricoides yaitu telur
cacing yang telah mengandung embrio. Bila masuk dalam tubuh manusia akan
menetas dan tumbuh menjadi larva cacing (bermetamorfosa), untuk selanjutnya
menjadi cacing dewasa, kedua cacing dewasa yang berlainan jenis kelamin akan
melakukan perkawinan dan menghasilkan telur (reproduksi seks) yang akhirnya
dikeluarkan dari tubuh bersama tinja.
v Kadang terjadi PARTHEROGENESIS yaitu terjadinya pembuahan pada parasit betina tanpa
adanya parasit jantan.
v Partherogenesis adalah suatu cara
reproduksi dengan pembentukan telur yang tidak dibuahi sperti pada parasit
Strongyloides stercoralis.
v Intermediate host atau host perantara
adalah mahluk hidup dimana parasit dapat bermetamorfosa tumbuh mencapai stadium
tertentu. Parasit ini tidak menjadi dewasa dalam host perantara tapi dapat
melakukan multiplikasi (bertambah banyak) dan reproduksi seksual.
v Satu parasit bisa memiliki lebih darisatu
host perantara yaitu host perantara pertama dan kedua. Misalnya : Ophistotchis
vivereni
v Contoh protozoa adalah Palsmodium Sp. Yang
menginfeksi manusia dan menimbulkan malaria. Manusia merupakan host perantara
bagi plasmodium Sp. Sebab dalam darah manusia, Plasmodium berkembang sampai stadium
tertentu saja dan bermultiplikasi dengan cara reproduksi aseksual. Sedangkan
dalam tubuh manusia Plasmodium melakukan reproduksi seksual. Oleh karenanya
manusia adalah defintif hostnya.
v Parathenic host adalah host dimana parasit
hidup menetap di jaringan tubuhnya yang merupakan tempat peristirahatan
terakhir bagi parasit. Parasit tidak mengalami pertumbuhan atau perkembangan
dan multiplikasi.
v Aberant host adalah host dimana parasit
tidak dapat menyelesaikan siklus hidup dan perkembangannya sampai stadium
tertentu. Misalnya : Cacing Gnathostoma spinigerum dewasa dapat ditemukan
dilambung anjing, cacing betinanya menghasilkan telur yang dikeluarkan dari
tubuh anjing. Bila telur tadi jatuh ke air lalu menetas menjadi larva yang
kemudian masuk kedalam tubuh Cyclop, (sejenis udang kecil sebagai host
perantara) Sampai pada stadium tertentu. Bilamana tanpa sengaja Cyclop tadi,
terjadilah infeksi dan cacing tadi menghuni jaringan tubuh manusia tanpa
berkembang lebih lanjut dan manusia
adalah Parethenic host untuk cacing ini.
v Transport host adalah organisme yang
tubuhnya atau permukaan tubuhnya di gunakan oleh parasit untuk berpindah tempat
dari host satu ke host lainnya. Atau alat organisme yang berperan sebagai alat
transportasi parasit. Sapi adalah transport host Ascaris Sp.
v Reservoir host adalah host yang mampu
menularkan parasit yang dikandungnya pada host lain yang rentan terhadap
parasit tadi (sumber infeksi parasit).
v Accidental host adalah host yang
mengandung parasit yang tidak biasanya hidup dalam tubuhnya. Jadi secara
kebetulan parasit dapat hidup dalam tubuh host dan dapat mencapai stadium
dewasa.
v Angiostrongylus cantocenensis parasit yang
dapat hidup dalam tubuh manusia. Manusia bukan merupakan definitif host cacing
ini tetapi secara kebetulan dapat hidup dalam tubuh manusia.
HELMINTHES
v Helminth berasal dari kata Yunani yaitu
Helmins yang berarti cacing yang merupakan hewan yang terdiri dari banyak sel yang
membangun suatu jaringan tubuh dan organ yang kompleks.
v Ilmu yang mempelajari cacing yang menginfeksi
manusia disebut Helmintologi kedokteran.
v Cacing dapat menginfeksi usus, darah,
saluran pencernaan, saluran limpa, rongga mulut, saluran pernapasan.
v Helminthologi kedokteran membicarakan
empat phylum dari metazoa adalah
1.Phylum nematoda (nemathelminthes)
2.Phylum platyhelminthes (cacing pipih)
3.Phylum
4.Phylum
v Yang penting pada kelompok ini adalah
1.Nematoda (Nemathelminthes) cacing gelang
2.Cestoda (Platyhelminthes) cacing pipih
NEMATHELMINTHES
(CACING GELANG)
v MORFOLOGI
-
tidak
bersegmen
-
mempunyai
sistem pencernaan
-
mempunyai
rongga tubuh
-
umumnya
mempunyai jenis kelamin
-
mempunyai
-
reproduksi
oviparus atau larviporus
v Nematoda berasal dari kata NEMA yang
berarti benang, dan EIDES yang berarti bentuk jadi secara keseluruhan nematoda
adalah hewan yang berbentuk benang, yang kebanyakan hidup bebas dan hanya
sebagian yang parasit pada tumbuhan, manusia dan hewan
v Dapat menginfeksi manusia dengan cara
mengkontaminasi makanan dengan telur dan larvanya, penetrasi laarva melalui
permukaan tubuh manusia dan melalui serangga sebagai vektor menular.
v Hospes perantaranya adalah manusia
dan mamalia
v Nematoda Usus
- Ascaris
lumbricoides (cacing perut)
- Ortichocephalus
vermicularis (cacing cemeti)
- Enterobius
vermicularis (cacing kremi)
- Strongiloides
stercoralis
- Ancylostoma
duodenale (cacing tambang)
- Ancylostoma
brastilensis (cacing tambang)
- Toxacara
canis (cacing tambang anjing)
- Toxocari
cati (cacing tambang kucing)
v Nematoda jaringan / darah
1.Wuchereria bancrofti
2.Brugia malayi
3.Mansonelle ozzardi
4.Acantocheilonema perstans
5.Onchocerca volvulus
6.Loa-loa
7.Dracunculus medinensis
TRICHURIS TRICHURA
v Biasa disebut cacing cambuk
v Dikenal lebih dari 20 spesies namun yang
menginfeksi manusia hanya Trichuris trichura dan Trichuris vulpis
v Penyakitnya disebut Trichuriasis atau
Trichocephaliasis
v Habitatnya adalah appendix dan colon
v Disribusi geografis, cacing ini tersebar
luas di seluruh dunia, daerah dengan
prevalensi tinggi adalah daerah tropis dan sub tropis, pada daerah beriklim
sedang yang paling sering di infeksi adalah yang tinggal di lembaga-lembaga
MORFOLOGINYA
v Telurnya berbentuk bulat-bulat panjang
berukuran 49-50 x 22 µ berwarna kuning kecoklatan
v Telur dikeluarkan dari tubuh bersama tinja
v Diluar tubuh manusia berkembang sampai
mengandung embrio dan saat inilah telur tersebut menjadi infeksius.
MANIFESTASI KLINIK
v Infeksi yang berat dengan 100 ekor cacing
akan menimbulkan sakit perut, mual, tidak ada nafsu makan, diare, anemia,
penurunan berat badan.
v Infeksi sekunder dengan bakteri sering
terjadi yang menyebabkan peradangan kronis dan gangguan dinding usus.
v Anak-anak berakhir dengan malnutrisi.
DIAGNOSA
v Diagnosa ditegakkan dengan menemukan telur
cacing dalam tinja.
v Pemeriksaan dilakukan dengan metode
konsentrasi dengan ZnSO4 atau Forma eter
v Dan pemeriksaan
PENGOBATAN
v Obat pilihan Trichuriasis adalah
mebendazole
v Cacing ini sulit diberantas semua karena
membenamkan bagian Enterior tubuhnya di mukosa usus.
EPIDEMIOLOGI
v Diperkirakan ada sekitar 350-500 juta
orang yang terinfeksi.
v Tanah yang tercemar tinja penderita
merupakan penyebab tingginya prevalensi.
v Tanah liat merupakan sumber transmisi
utama.
v Upaya pencegahan adalah dengan melakukan
penyuluhan kesehatan dan menjaga kebersihan diri sendiri.
ASCARIS LUMBRICOIDES
v Cacing lumbricoides dinamakan juga cacing perut (gian intestinal
roundworm).
v Berhabitat di usus halus dan penyakit yang ditimbulkan adalah
penyakit ascariasis.
v Telah di
Distribusi geografis
v Diperkirakan 650 juta sampai 1 milyar orang di dunia ini yang telah
terinfeksi cacing ini.
v Paling relevan di daerah tropis
v Mereka yang hidup di daerah pedesaan lebih sering terinfeksi di
bandingkan yang hidup di kota
hal ini disebabkan karena keaadaan
Morfologi dan lingkungan hidup
v Cacing dewasa bentuknya silindris dengan ujung enterior yang
meruncing.
v Cacing betina panjangnya 20-35 cm,
sedangkan yang jantan 15-31 cm. Dengan ujung Posterior melengkung.
v Dapat hidup pada temperatur 21-30 oC
(temperatur yang rendah menghambat pertumbuhan telur).
v Telur keluar bersama feces manusia
(noninfektif).
v Diluar tubuh manusia berkembang sampai
mengandung embrio dan saat inilah telur menjadi infeksius.
Langganan:
Postingan (Atom)